Sabtu, 13 Februari 2010

Hasil C-21 Prestasi - Try Out UASBN 2010


PENGUMUMAN TRY OUT UASBN - C-21 PRESTASI 2010

Jika Anda mengehendaki melihat secara lengkap hasil Try Out UASBN 2010/ C-21 Prestasi SMPK Frateran Celaket 21 Malang 2010, silakan klik berikut :

http://www.ziddu.com/download/8580291/SMPKFRATERANCELAKET21.rar.html

http://www.ziddu.com/download/8580526/SMPKFRATERANCELAKET21.xls.html

Selamat bagi Anda yang berhasil meraih prestasi!

Panitia

PSB 2010/2011



PENERIMAAN SISWA BARU
SMPK FRATERAN CELAKET 21 MALANG
2010/2011

Waktu pendaftaran :
Gelombang I : 4 Febr. - 30 April 2010
Gelombang II : 1 Mei - 30 Juni 2010 (jika masih ada tempat)

Harga formulir : 40.000 (jika beli waktu try out - hanya 20.000)
Berbagai kemudahan :
1. Seleksi berdasar rapor (kelas I - VI).
2. Penghargaan siswa berprestasi :
Prestasi akademik : juara 1,2 dan 3 - bebas SPP 6 bulan
Prestasi non akademik (OR, seni dll) tingkat kota : bebas SPP 3 bulan,
untuk tingkat provinsi/nasional : bebas SPP 6 bulan.
3. Beasiswa : ada kesempatan bantuan biaya pendidikan bagi keluarga sederhana :
bantuan BOS untuk biaya pendidikan, beasiswa BSM dan beasiswa prestasi.
4. Biaya pendidikan menyesuaikan kemampuan orangtua.
5. Fasilitas : gedung dan berbagai fasilitas miliki sendiri.
6. Berbagai kegiatan intra dan ekstra dapat diikuti seluruh siswa.
7. Sarana laboratorium IPA, bahasa, komputer, KIR dan free Wi Fi (hotspot).

Informasi selengkapnya silakan menghubungi kantor TU SMPK Frateran Celkaket 21
Jl., J. A. Suprapto 21 Telp. (0341) 354757 Malang
Setiap Hari Kerja.

C-21 Prestasi


Hampir 700 anak SD se-kota Malang
Padati SMPK Frateran Celaket 21

C-21 Prestasi V Berlangsung Marak

Hampir 700 orang siswa SD kota Malang memadati SMPK Frateran Celaket 21, MInggu 14 Februari 2010. Kegiatan yang bertajuk: C-21 Prestasi on Valentine's Day ini ingin memadukan try out dengan lomba mata pelajaran. Hasilnya tentu bukan sekedar mengukur persiapan menjelang UASBN, tetapi juga sebagai wahana berlomba. Kegiatan ini merupakan even tahunan yang selalu dilaksanakan pada bulan Februari. Meski tidak selalu dikaitkan dengan hari Valentine, tetapi memang rata-rata dilaksanakan sekitar tanggal 14. Pada tahun ini kebetulan C-21 Prestasi dilaksanakan bebarengan dengan perayaan Imlek dan Valentine's Day. Itulah sebabnya nuansa panggung didominasi warna merah Imlek dan pink Valentine.

Begitu besarnya antusiasme siswa SD, sampai-sampai panitiaterpaksa menolak ratusan peserta yang mendaftar pada hari-hari terakhir, mengingat daya tampung ruang sangat terbatas. JIka tidak dibatasi diperkirakan peserta akan menembus angka 900 hingga 1000 orang. Dan untuk melaksanakan kegiatan tersebut panitia memanfaatkan ruangan SMPK Frateran Celaket 21 sekaligus ruangan SDK Mardi Wiyata 1 Frateran Celaket 21. Sejak jal 6.30 peserta sudah berbondong-bondong datang. Tepat jam 07.00 para peserta dikumpulkan untuk menerima penjelasan. Jam 07.30 peserta diarahkan memasuki ruangan masing-masing untuk mengikuti try out yang dimulai tepat jam 08.00

Setelah bergelut melawan soal-soal Bahasa Indonesia, IPA dan Matematika selama dua jam peserta boleh beristirahat sejenak sambil menikmati sajian atraksi dari siswa-siswi SMPK Frateran Celaket 21. Tak ketinggalan siswa-siswi SDK Mardi Wiyata 2 juga menyumbangkan penampilan band dan musik pianika. Pelaksanaan scanning diperkjirakan memakan waktu 2 jam sehingga pengumuman hasil try out diharapkan dapat dilaksanakan paling lambat jam 13.00.

Try Out yang selalu dilaksanakan tanpa biaya alias gratis ini diadakan sebagai upaya sekolah untuk menjalin silaturahmi dengan masyarakat khususnya SD-SD di kota Malang. Kecuali itu kegiatan ini juga sebagai sarana memperkenalkan sekolah kepada masyarakat. Meski SMPK Frateran Celaket 21 berada di pinggir jalan protokol kota Malang ternyata masih banyak yang tidak mengetahuinya. Padahal sekolah ini sudah berusia 61 tahun!
Hal-lain yang perlu disampaikan kepada masyarakat ialah bahwa sekolah yang menempati gedung berusia 81 tahun ini merupakan sekolah umum, yang mnerima siswa dari berbagai kalangan dengan berbagai latar belakang. Prinsip pokok yang dipakai adalah: Tidak boleh ada anak yang terhambat sekolahnya karena masalah ekonomi. Itulah sebabnya sekolah ini sangat peduli dengan program pemerintah mngenai sekolah murah/gratis.

SMPK Frateran Celaket 21, meski sekolah swasta tetapi tetap berani melaksanakan pendidikan bermutu dengan biaya terjangkau. Beberapa kemudahan yang ditawarkan :
1. Calon siswa yang memiliki prestasi juara 1, 2 dan 3 akademik - akan menerima pembebasan SPP selama 6 bulan.
2. Bagi calon siswa yang memiliki prestasi non akademik tingkat kota (juara 1, 2 dan 3) akan menerima pembebasan SPP selama 3 bulan.
3. Bgai calon siswa yang memiliki prestasi non akademik tingkat provinsi/nasional akan menerima pembebasan SPP hingga 6 bulan.

Dari luar gedung ini sangat megah, sehingga banyak orang mengira ini sebagai sekolah mahal, padahal jika orang sudah masuk dan menanyakannya, mereka akan mengetahui bahwa sekolah ini benar-benar peduli dengan situasi orangtua manapun. Sekolah ini memang menempati gedung besar, dan merupakan bagian dari 20 sekolah Mardi Wiyata se-Indonesia yang tersebar dari Palembang hingga kota-kota NTT.

Selamat berjuang tunas-tunas muda! Sukses menanti Anda!

Rabu, 10 Februari 2010

Review jurnal 4:

Menerapkan Teknologi Pendidikan di Pendidikan Tinggi:
Sebuah Pendekatan Strategis
Oleh : Markus Basuki (09370013/MKPP/UMM-2009)


Identitas :
Judul asli : Implementing Educational Technology in Higher Education:
A Strategic Approach
Pengarang : Cynthia Roberts
Jurnal : The Journal of Educators Online, Volume 5, Number 1
Tahun terbit : Januari 2008

Pendahuluan
Kunci kelangsungan lembaga-lembaga pendidikan tinggi adalah mampu bersaing dalam percaturan global. Untuk itu mau tidak mau harus berurusan dengan kemajuan teknologi. Perkembangan alat teknologi yang begitu pesat hendaknya mampu mendorong semua pihak untuk ikut memnfaatkannya, baik untuk belajar, mengajar, juga dalam melakukan penelitian.
Tulisan Cynthia Roberts ini bermaksud menguraikan kerangka kerja untuk pengambilan keputusan strategis yang dapat dimanfaatkan oleh para pendidik untuk tujuan mengembangkan pembelajaran melalui teknologi informasi. Pembelajaran di perguruan tinggi sudah barang tentu mutlak memerlukan peralatan teknologi ini, lebih-lebih untuk system pembelajaran jarak jauh.

Proses perubahan strategis
Perubahan strategis melibatkan tidak hanya memutuskan apa yang harus berubah, tapi bagaimana dan kapan perubahan spesifik elemen strategis satu orientasi.
Proses perubahan strategis meliputi empat langkah dasar sebagai berikut:

Langkah pertama: Analisis strategis
Meskipun penyebab perubahan strategis dalam konteks bisnis tidak terbatas, mereka dapat
diatur ke dalam empat kategori utama: transisi ke ekonomi global, mengubah struktur industri
dan kondisi kompetitif, suboptimal atau menurunnya kinerja organisasi, dan inisiatif stakeholder
Kondisi ini relevan dengan dunia pendidikan tinggi serta dampaknya telah menyebabkan pergeseran dalam cara pencapaian hasil belajar. Di sebagian besar dunia, pendidikan tinggi telah terperosok dalam krisis yang mencampuradukkan tiga hal:
akses, biaya, dan fleksibilitas.
Kemajuan teknologi yang memungkinkan globalisasi masuk dalam dunia bisnis juga memungkinkan adopsi teknologi pendidikan yang dapat meningkatkan akses dengan biaya yang murah dan memfasilitasi belajar di luar kelas tradisional untuk mencapai setiap mahasiswa di seluruh dunia. Namun, peningkatan akses juga mengakibatkan meningkatnya kompetisi untuk
banyak lembaga-lembaga tradisional pendidikan tinggi setelah hambatan geografis tidak lagi ada.

Langkah kedua: menyusun strategi
Pilihan untuk perubahan dapat dirangsang dengan menjawab dua pertanyaan : "adakah perubahan besar yang sedang terjadi dan adakah dampak negatifnya? Berdasarkan sifat lingkungan saat ini seperti yang dijelaskan sebelumnya, jawaban atas pertanyaan pertama adalah tegas, ya. Masalah kinerja Namun, mungkin atau mungkin tidak secara langsung dipengaruhi oleh kondisi saat itu. Keputusan menerapkan teknologi pendidikan selain untuk menentukan luasnya adopsi mungkin tidak hanya tergantung pada permintaan mahasiswa atau peningkatan kompetisi, tetapi juga pada faktor-faktor internal seperti kesiapan fakultas dan struktur organisasi yang berlaku, sistem dan budaya. Meskipun banyak artikel, buku, dan kelompok belajar profesional mendukung penerapan pendidikan teknologi, keterlibatan fakultas dengan teknologi relatif lamban.

Langkah ketiga: desain perencanaan strategis
Pilihan khusus untuk mengejar teknologi baru dan sejauh mana dan kecepatan pelaksanaannya tergantung pada faktor-faktor internal seperti sumber daya, budaya organisasi, kesiapan fakultas dan kecepatan antisipasi hambatan, seberapa jauh cara pandang baru dari status quo, dan faktor-faktor eksternal seperti permintaan mahasiswa, urgensi pelaksanaan, dan sasaran potensial pangsa pasar. Setelah sebuah teknologi baru dimiliki, itu tidak menjamin bahwa fakultas akan menerimanya secara spontan. Antisipasi penolakan dan rencana-rencana untuk bekerja melalui itu seharusnya merupakan bagian integral dari proses desain. Jika organisasi ini bertujuan untuk memperluas jangkauannya ke pasar-pasar baru seperti mahasiswa non-tradisional, eksekutif, pelajar dewasa, atau para pelajar tidak dapat hadir secara langsung, yang berbeda jadwal pelaksanaannya akan sangat dibutuhkan. Strategi ekspansi yang agresif akan jelas memerlukan komitmen yang lebih banyak waktu dan sumber daya dari sekedar layanan "upgrade."

Langkah keempat: Pelaksanaan rencana
Tahap pelaksanaan sebenarnya merupakan saat transisi ke teknologi baru dan termasuk mendukung pengembangan kegiatan seperti jadwal, menentukan peran dan tugas yang akan memandu proses perubahan, mengurangi ketidakpastian dengan mengkomunikasikan apa yang berubah dan mengapa, mengumpulkan komitmen untuk memastikan bahwa ada suatu tingkat kepemilikan tinggi dalam proses, dan mengalokasikan sumber daya untuk dukungan. Mereka anggota fakultas yang telah menunjukkan minat dalam teknologi di masa lalu dapat ikut serta untuk melayani sebagai pemakai awal, model peran, dan akhirnya Menjadi pendukung. Pengadopsi awal dapat juga membantu dalam meningkatkan kesadaran dan penerimaan teknologi baru dengan promosi, memberikan demonstrasi, berbagi praktik terbaik, dan bahkan mungkin melayani sebagai mentor atau konsultan untuk rekan-rekan mereka, serta membantu pemecahan masalah sebagai kesulitan atau pertanyaan-pertanyaan yang pasti muncul.
Manajemen Organisasi "online"
Diperlukan manajemen khusus untuk mengelola perkuliahan jarak jauh dengan teknologi informasi. Sudah barang tentu ada kelebihan dan kekurangan dari setiap program, namun bagaimana lembaga pendidikan mampu melayani segala segmen masyarakat sengan berbagai karakternya, inilah yang ingin diangkat.

Kesimpulan
Meskipun ada banyak faktor seperti meningkatnya kompetisi dan tuntutan mahasiswa untuk mengadopsi teknologi pendidikan, proses untuk melakukan hal itu melibatkan lebih dari sekadar menginstal sebuah produk. Pilihan untuk menerapkan teknologi baru dan sejauh mana kecepatan adopsi tergantung pada faktor-faktor internal seperti : sumber daya, budaya organisasi, fakultas kesiapan, tingkat mengantisipasi perlawanan, dan tingkat varians dari status quo.
Menggunakan kerangka yang diuraikan dalam artikel ini yang mencakup analisis, strategi pembuatan, desain dan mplementasi, dapat membantu pendidik membuat keputusan dan memfasilitasi perubahan dengan cara bekerja di dalam sistem mereka, pada akhirnya meningkatkan kemungkinan keberhasilan. Dalam kasus ini, setelah keputusan itu dibuat oleh kelompok untuk menawarkan serangkaian kursus online, sebuah rencana untuk pelaksanaannya memberikan proses untuk melakukannya, bahkan ketika terkendala oleh keterbatasan sumber daya yang cukup besar sekalipun. Hal ini dilakukan melalui urutan format transisi dari tradisional ke elektronik, memungkinkan masing-masing anggota staf pengajar untuk mengembangkan kompetensi dari waktu ke waktu sesuai dengan kesanggupannya.

Review 3:

PEMANFAATAN ICT DALAM PEMBELAJARAN
Oleh : Markus Basuki (09370013/MKPP/UMM-2009)


Identitas :
Judul asli : PEMANFAATAN ICT DALAM PEMBELAJARAN
Pengarang : Ace Suryadi
Jurnal : Jurnal Pendidikan Terbuka Vol. 8 No. 2
Tahun terbit : September 2007

Pendahuluan
Sistem pembelajaran konvensional di sekolah kian diyakini sebagai sistem yang tidak efektif lagi. Konsep-konsep kemampuan otak, kecerdasan, dan kreativitas telah berkembang pesat dan makin menguatkan argumentasi yang ingin mengoreksi kelemahan sistem pembelajaran konvensional. Teori kecerdasan majemuk (multiple intelligences), yang dikemukakan oleh Howard Gardner pada 1983 (dalam Armstrong, 2004), dipandang sebagai konsep pendekatan pembelajaran yang lebih objektif dalam menggali atau mengembangkan kemampuan setiap individu siswa sesuai dengan potensi atau kecerdasan orisinalnya. Gardner mengatakan bahwa kecerdasan orisinal (bakat) setiap individu itu berbeda-beda, yang dikelompokkannya ke dalam 8 jenis kecerdasan: linguistik, matematis-logis, spasial, kinestetis-jasmani, musikal, intrapersonal, interpersonal, dan naturalis. Oleh karena itu, menyeragamkan cara pembelajaran dengan satu pendekatan yang monoton dan statis—seperti dalam cara-cara belajar konvensional—tidak memberikan kondisi yang terbaik (optimum) untuk mengembangkan kemampuan semua siswa. Konsep-konsep dan teori-teori mutakhir mengenai otak dan kecerdasan tersebut memperkaya pemikiran kita dan sangat bermanfaat untuk memperbarui sistem pembelajaran atau mencari model persekolahan terbaik di masa depan.

REFORMASI PEMBELAJARAN
Berkembangnya pemikiran-pemikiran tentang sistem pendidikan atau model pembelajaran yang terbaik untuk masa depan—yang didahului dengan berkembangnya teori dan pengetahuan mengenai otak dan kecerdasan manusia—pada dasarnya merupakan dinamika dari obsesi untuk menggelar reformasi pembelajaran (school reform).
Dari teori-teori yang berkembang dan praktik-praktik di berbagai negara, dan dalam rangka melaksanakan gerakan pembaruan pendidikan, dapat ditarik kesimpulan bahwa ada dua aspek pembaruan yang penting, sebagai berikut:
1. Pembaruan pendekatan pembelajaran, yang menyangkut esensi, materi dan metode pembelajaran. Pembaruan ini dilantari oleh berbagai temuan/teori/konsep baru yang berkembang
mengenai otak dan kecerdasan, dan dipicu oleh perubahan multidimensional dalam lingkungan
hidup dan kehidupan yang menuntut komitmen dan kemampuan manusia (SDM) yang makin
tinggi,
2. Pemanfaatan teknologi informasi/komunikasi yang sudah sedemikian canggih untuk menunjang keberhasilan pembaruan strategi dan teknik pembelajaran.

PEMBARUAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN
Dryden dan Vos (2003) menyimpulkan dari hasil penelitian dan observasi mereka di seluruh dunia bahwa dalam setiap sistem pendidikan yang terbukti berhasil, citra diri ternyata lebih penting dari pada materi pelajaran. Tolok ukur sesungguhnya dari sistem pendidikan masa depan, dengan demikian, adalah seberapa besar mampu membangkitkan gairah belajar secara menyenangkan. Hanya dengan pendekatan inilah, setiap siswa akan terdorong untuk membangun citra diri positif yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan mereka. Menurut Dryden dan Vos, kurikulum pendidikan sebaiknya disusun dalam empat tingkat, dan keempatnya saling mendukung dan melengkapi, sebagai berikut.
1. Citra diri dan perkembangan pribadi
2. Pelatihan keterampilan hidup
3. Belajar tentang cara belajar dan cara berpikir
4. Kemampuan-kemampuan akademik, fisik, dan artistik yang spesifik
PEMANFAATAN TEKNOLOGI
Seperti telah dibahas, pembaruan pendidikan sudah dilaksanakan di banyak negara. Pembaruan itu selalu melibatkan pemanfaatan teknologi yang menjadi bagian integral dari pembaruan pembelajaran. Berikut ini adalah contoh komitmen dari dua negara di Asia dan Amerika Serikat yang mempersiapkan teknologi informasi sebagai bagian dari proses pembelajaran modern.

REFORMASI PENDIDIKAN
Dunia pendidikan harus melakukan modernisasi dengan melakukan inovasi-inovasi yang memang relevan untuk menghadapi tantangan masa depan. Di masa mendatang, kita menghadapi
dinamika perubahan yang makin cepat, intensif, dan kompleks; munculnya berbagai masalah yang makin serius akibat kerusakan lingkungan hidup, eksploitasi sumber daya alam, ketimpangan kemakmuran, ketidakadilan, agresi politik, kompetisi. Semua masalah ini membutuhkan pemikiran dan tindakan yang makin cerdas, kreatif, kritis, dan bijaksana. Oleh karena itu, diperlukan pendidikan yang baik, yaitu yang dapat menghasilkan manusia-manusia yang tidak saja mampu berpikir dan bertindak responsif, tetapi juga antisipatif dan proaktif terhadap perubahan. Reformasi pembelajaran pada hakikatnya ingin memperbaiki cara-cara belajar di sekolah atau di mana pun agar anak-anak didik kita lebih cerdas, kreatif, kritis, dan bijaksana dalam berpikir dan bertindak, daripada anak-anak didik yang dihasilkan oleh sekolah-sekolah konvensional. Dengan reformasi ini, kita berharap anak-anak didik kita lebih mampu mengenali diri mereka, menumbuhkan karakter dan pribadi mereka secara mandiri (self concept), dan mengembangkan kemampuan intelektualnya dalam konteks kekinian yang dinamis dan progresif, sehingga mereka sanggup survive, bahkan leading dalam persaingan.

PENNTUP
Reformasi pembelajaran dibutuhkan untuk melakukan pembaruan sistem pembelajaran konvensional yang dinilai sudah usang dan tidak relevan dengan dinamika perubahan zaman yang makin cepat dan intensif. Dinamika perubahan itu dipacu oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga sistem pendidikan lama dianggap tidak lagi mampu menghasilkan lulusanlulusan yang memiliki kapasitas dan kemampuan yang sesuai dengan tuntutan-tuntutan zaman baru.
Penulis mencatat sembilan poin penting (key words) untuk melakukan reformasi pembelajaran yang efektif, sebagai berikut:
1. penekanan aspek mental dan pribadi
2. memahami cara belajar dan cara berpikir
3. orientasi pada kecakapan hidup
4. mendorong lingkungan belajar konstruktivis
5. memasukan aspek kecerdasan majemuk dalam pembelajaran
6. menekankan tugas-tugas autentik daripada subyek invidual
7. guru sebagai fasilitator, bukan sumber tunggal pengetahuan
8. mengintegrasikan teknologi
9. dukungan politik, manajemen, dan sumber daya

Review jurnal 2 :

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) :
Solusi Bagi Upaya Peningkatan Mutu Sekolah
Oleh : Markus Basuki (09370013/MKPP/UMM-2009)


Identitas :
Judul asli : Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Solusi Bagi Upaya Peningkatan Mutu Sekolah
Pengarang : Bagong Suyanto*)
Jurnal : Jurnal Pendidikan Dasar dan Menengah Gentengkali Vol. 6
Tahun terbit : 2004

*) Drs. Bagong Suyano, M. Si., Komisi Litbang Dewan Pendidikan Jatim, Dosen Unair.

Pendahuluan
Pada era otonomi sekarang ini isu krusial dalam bidang pembangunan pendidikan sesungguhnya bukan lagi meningkatkan akses dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan layak melainkan persoalan kualitas pendidikan. Maka yang terpenting bukan lagi pencapaian jenjang pendidikan dasar 9 tahun, melainkan pencapaian pendidikan bermutu. Pada era ini, saat pendidikan bukan lagi tanggung jawab “pusat” melainkan merupakan otonomi sekolah, peserta didik (siswa) tidak lagi dipandang sebagai “botol kosong” yang siap diisi. Peserta didik kini merupakan subjek sentral pendidikan. Manajemen Berbasis Sekolah menawarkan konsep manajemen baru guna mencapai kualitas pendidikan secara menyeluruh seperti dicanangkan.

Perubahan Paradigma
Manajemen Berbasis Sekolah dijiwai oleh perubahan paradigm dalam bidang pendidikan. Secara singkat perubahan paradigma itu dapat diuraikan seperti berikut :
1. Manajemen Berbasis Sekolah dijiwai semangat desentralisasi. Pola pendidikan masa lalu cenderung sentralistik, semua diatur pusat, tetapi kini prakarsa dari bawah sangat dihargai.
2. Kebijakan pengelolaan pendidikan di masa sekarang telah beralih dari kebijakan yang top-down menjadi bottom-up. Stake holder diberdayakan untuk bersama-sama memajukan sekolah. Masyarakat bukan hanya bertanggung jawab atas pembiayaan pendidikan tetapi juga ikut terlibat memikirkan kualitas pendidikan.
3. Orientasi pengembangan pendidikan bersifat holistik, artinya pendidikan untuk pengembangan kesadaran untuk bersatu dalam kemajemukan budaya, menjunjung tinggi nilai moral, kemanusiaan dan agama, kesadaran kreatif dan kesadaran hokum.
4. Meningkatkan peran serta masyarakat secara kualitatif maupun kuantitatif.
5. Pemberdayaan institusi masyarakat, keluarga, LSM, pesantren dan dunia usaha.

Program MBS
Untuk mencapai kualitas pendidikan yang lebih baik MBS memiliki program-program pokok sebagai berikut :
1. Program sentral MBS adalah mengubah pola pembelajaran klasik dan menggantinya dengan pola pembelajaran baru yanglebih menekankan efektivitas perangsangan kreativitas siswa.
2. Mengutamakan keterlibatan dan peranserta masyarakat dalam proses pendidikan baik dalam perencanaan, pengawasan, inovasi-inovasi, juga dalam akuntabilitas program sekolah.
3. Sekolah mengatur program pembelajaran, berkaitan dengan beban belajar, muatan program dan pelaksanaannya.

Tantangan
Konsep pengelolaan pendidikan yang ditawarkan MBS tentu tidak mudah dilaksanakan, karena paradigm lama pendidikan kita telah berjalan dan bercokol begitu kuat. Beberapa kendala yang mungkin muncul dan perlu diperhatikan adalah :
1. Pelaksanaan MBS harus didukung dengan peningkatan kualitas guru dan kesadaran masyarakat yang tinggi akan arti dan fungsi sekolah.
2. Mengubah kebiasaan birokrasi yang selama ini bercokol menguasai dunia pendidikan, yang selalu memperoleh fasilitas dan kemudahan tentu tidak mudah. Namun jika ini tidak diatasi, MBS tidak akan dapat berperan optimal.
3. Diperlukan kesiapan SDM Kepala Sekolah sebagai manajer yang kreatif dan professional.
4. Diperlukan kesiapan masyarakat dalam perannya sebagai Komite Sekolah yang berkualitas.

Prasyarat
Agar kebijakan MBS dapat terlaksana sebagai motor pembaharu dunia pendidikan diperlukan beberapa syarat :
1. Dukungan dan antusiasme Komite Sekolah sebab=gai mitra sekaligus kelompok control manajemen sekolah.
2. Kepekaan dan empati kepala sekolah dan para guru terhadap persoalan local sekitar sekolah.
3. Kesediaan semua pihak untuk membongkar hegemoni yang telah tertanam pada pola piker masing-masing pelaku pendidikan.

Kesimpulan/Catatan
Tulisan Bagong Suyanto ini tentu dapat menjadi acuan bagi sekolah-sekolah yang hendak bangkit memanage berbagai hal demi peningkatan kualitas sekolah secara menyeluruh. Ukuran keberhasilan MBS bukanlah perubahan pamor sekolah menjadi sekolah favorit tetapi sejauh mana manajemen proses pembelajaran di sekolah telah berjalan dengan transparan, partisipatif dan menjadikan pembelajaran berkualitas yang menyenangkan. Namun harus pula dikritisi semua pihak agar MBS tidak menjadi manajemen semau sekolah dan pihak-pihak yang terlibat seperti komite sekolah dan stacke holder lain tidak kebablasan perannya.